Perkembangan Perpustakaan Pada Era Keemasan Islam
A. Pendahuluan
Selain
penulisan Al-Qur'an, peradaban Islam juga memberikan kontribusi besar dalam
bidang ilmu pengetahuan, sastra, sejarah, dan filsafat. Pada periode keemasan
peradaban Islam pada abad ke-8 hingga ke-14 Masehi, ada perkembangan pesat
dalam penulisan dan pencetakan buku. Kota-kota seperti Baghdad, Kairo, Cordoba,
dan Timbuktu menjadi pusat intelektual yang penting, dengan perpustakaan yang
kaya akan manuskrip dan buku.
Pada
masa itu, para cendekiawan Muslim menerjemahkan banyak karya ilmiah klasik dari
bahasa Yunani, Latin, dan Persia ke dalam bahasa Arab. Mereka juga menulis
karya-karya asli dalam berbagai bidang, termasuk matematika, astronomi,
kedokteran, filsafat, dan sastra. Penerjemahan buku dengan cara menyalin dilakukan
oleh warraq atau penyalin naskah atau buku dalam menyalin buku warraq mempunyai
beberapa motivasi yaitu keilmuan, ibadah, sosial, politik dan ekonomomi.[2]
J.
Pedersen mengatakan jarang ada kebudayaan
lain di dunia tulis menulis memainkan peranan begitu penting seperti dalam
peradaban Islam. Peradaban islam khususnya dibidang kepustakawanan Islam
melalui tiga fase perkembangan. Pertama adalah fase kemunculan dan pertumbuhan
yaitu abad ke-1 H (622-721). Kedua fase perkembangan dan kematangan, yaitu
mulai abad ke-2 awal abad ke 7 H (720-1220 M). Ketiga, fase kemunduran (akhir
abad ke 7 H/ 1258 M). Kemunculan perpustakaan berawal dari daulah (kekuasaan)
Islam, lembaga-lembaga pendidikan islam muncul terlebih dahulu seperti
al-Masjid, al-khuttab, Majelis al-Munadharah, dan al-madrasah.
B. Kemunculan Perpustakaan di Era Keemasan
Peradaban Islam
Kepustakaan
dan perpustakaan islam berkembang mencapai puncak dengan difusi atau pesebaran,
kontak dan alkuturasi berbagai budaya: Arab, persia, Greek (Yunani), Romawi dan
lain lain. Perkembangan perpustakaan islam
mencapai puncaknya yaitu pada masa daulah Abbasyiah di Bagdad Iraq yang
dipimpin oleh Khalifah al Makmun dalam membangun dan mengembangkan perpustakaan
Bait al Hikmah. Koleksi perpustakaan bait al himah pada masa daulah Abbasyiah
sangatlah kaya dan tertata dalam pengelolaan perpustakaan. Penerjemahan buku kedalam bahasa Arab menjadi
salah satu usaha khilafah saat itu untuk memperkaya koleksi perpustakaan islam,
penerjemah atau warraq diangkat langsung oleh seorang khilafah sehingga dapat
menghasilkan terjemahan yang bagus dan dapat dipertanggungjawabkan. Selain daulah Abbasyiah, buku ini juga
memperkenalkan daulah bani umayah dan daulah Saljuk, selain perpustakaan bait
al hikmah diperkenalkan juga istilah lembaga keislaman seperti maktabah, khutub
dan khana.
Kemunculan
perpustakaan ditandai dengan ditemukannya kertas, dengan ditemukannya kertas gairah
untuk mempelajari ilmu pengetahuan dan mengajarkan pengetahuan menjadi tinggi,
selain itu perpustakaan saat itu menjadi pusat intelektual dan pusat
dokumentasi ilmu pengetahuan. Perpustakaan dalam sejarah Islam mempunyai fungsi
yaitu; pertama, tempat mencari bahan referensi bagi para penuntut ilmu di
berbagai jenjang pendidikan; kedua, bahan kajian intelektual Islam; ketiga,
pusat penyimpanan buku dan manuskrip berharga para ilmuwan, keempat, sebagai
tempat pertemuan diskusi ilmiah dan debat intelektual, dan kelima, menjadi
simbol perkembangan khilafah dan penguasa lokal.[3]
Secara
garis besar perkembangan perpustakaan islam pada masa Emas Peradaban Islam terbagi menjadi
tujuh jenis:[4]
No |
Type |
Jenis Perpustakaan |
1 |
Perpustakaan Pribadi |
Perpustakaan Pribadi di dirikan di Madinah (Bayt
al-Jumahi) di rumah Abdul al-Hakam bin Amr bin Abd Allah bi Afwan al-Jumahi
(Umayyad) |
Perpustakaan pribadi di dirikan di Madinah (Bayt Ibn
Abi Layla) di rumah Abd al-Rahman bin Abi Layla |
||
2 |
Perpustakaan Umum |
Perpustakaan setengah-perpustakaan umum didirikan
oleh Muawiyah di Damaskus |
Perpustakaan pribadi di Madinah, Damaskus, Basra,
Kufah, dan Mesir termasuk salinan Al-Qurʾān, ḥadīth, sirāt Muḥammad, maghāzī,
khuṣṣas, puisi, catatan publik, teks hukum, Israiliyāt, literatur pra-Islam
termasuk peribahasa, muʿallaqāt, studi tata bahasa, awal interpretasi Al-Qur'an,
studi teologi dan filosofis awal, dan terjemahan teks filosofis Yunani |
||
Perpustakaan umum, Dār al-ʿIlm di Mosul dibangun
oleh Abū al-Qāsim Jaʿfar bin Muḥammad bin amdan al-Mawṣīlī al-Shaḥḥām
(854-934, Abbasiyah). |
||
3 |
Perpustakaan Masjid |
Qubbat al-Khaznah dibangun di Masjid Agung Damaskus.
Berisi akta wakaf, dokumen hukum, dan beberapa manuskrip dalam berbagai
bahasa, antara lain Yunani, Latin, Syria, Koptik, Ibrani, Aram, Georgia, dan
Arab (789, Abbasiyah). |
Sultan Abū al-Ḥasan Alī bin Yūsuf bin Tashfin (1143)
khalifah Andalus, mendirikan masjid Ibn Yūsuf di Marrakesh dengan koleksi
bukunya yang banyak. Masjid "al-Mustajadd" (al-Qamriyya) dibangun
di sisi barat Baghdad, yang juga merupakan perpustakaan (1228, Abbasiyah). |
||
4 |
Perpustakaan Istana |
Khalifah Hārūn al-Rashd dan putranya, Khalifah
al-Maʾmūn mendirikan dan memperbesar perpustakaan istana bernama "Bayt
al-Ḥikmah" di Baghdad. |
Di Bagdad, perpustakaan istana Alī bin Yaḥyá
al-Munajjim (wafat 888) dibuka untuk pelajar dan cendekiawan (9 C,
Abbasiyah). |
||
Al-Fatḥ bin Khaqān, sekretaris Khalifah
al-Mutawakkil (memerintah 847-861), membuka perpustakaan istananya untuk
ulama lain di Baghdad |
||
5 |
perpustakaan madrasah [universitas]. |
Niẓām al-Mulk sang wazir Seljuk, mendirikan madrasah
“al-Niẓāmiyya” di Baghdad timur, dekat istana khalifah. Madrasah memiliki
perpustakaan. Pada tahun 1116, kebakaran menghancurkan madrasah tersebut, dan
dibangun kembali oleh al-Nasir li-Din Allāh, Khalifah Abbasiyah, pada tahun
1193. |
Madrasah al-Badriyyah di Basra (Irak), dibangun oleh
faqīh Imād al-Dīn Hibāt Allāh al-Mawṣilī (1179), juga memiliki perpustakaan. |
||
Khalifah Abbasiyah al-Mustanṣir membangun madrasah
“al-Mustanṣiriyya” di sisi timur Istana di Baghdad. Madrasah ini memiliki
perpustakaan yang besar. Inventarisasi dan klasifikasi karya dilakukan oleh
Syekh Abd al-ʿAzīz bin Dalaf (1227). |
||
6 |
Perpustakaan Khanqah/ribat (asrama “bagi penuntut ilmu khususnya tasawuf”) |
Di bawah kepemimpinan dinasti Artuqid di Mārdīn
(sekarang Turki), filosof usām al-Dīn bin Arṭuq membangun makam yang berisi
kumpulan kitab-kitab dalam bentuk wakaf (12 M, Abbasiyah). |
Khalifah Abbasid al-Nāṣir (w. 1225) mendirikan makam
“ʿUbayd Allāh” di Baghdad yang berfungsi sebagai madrasah dan perpustakaan,
serta ribat Zumurrud Khatun dan al-Akhlatiyy. |
||
7 |
Perpustakaan
Bimaristan (rumah sakit islam) |
Nūr al-Dīn al-Zankī (1173) mendirikan rumah sakit
(Bīmāristān al-Nūrī) di Damaskus dengan koleksi buku ilmiah medis. |
Sultan Kalāʿūn mendirikan māristān “Qalawun” di
Kairo, dengan koleksi perpustakaan medis (13 C, Mamluk). |
Kesimpulan
Perpustakaan
muncul dan berkembang dengan ditemukannya kertas, buku di perpustakaan
diperoleh dengan cara menyalin buku kemudian buku yang disalin tersebut menjadi
koleksi perpustakaan, profesi penyalin buku di pustakaan disebut warraq,
seorang warraq dipekerjakan dan digaji oleh khalifah dengan gaji yang tetap. Buku
di perpustakaan pada masa keemasan islam tidak dipinjamkan kepada masyarakat,
masyarakat bisa mengakses buku tersebut di perpustakaan dengan membaca dan
menyalin buku tersebut. Perpustakaan pada era keemasan Islam dibagi menjadi
tujuh jenis yaitu; perpustakaan pribadi, perpustakaan umum, perpustakaan
masjid, perpustakaan istana, perpustakaan madrasah, perpustakaan Khanqah/ribat,
perpustakaan bimaristan.
Daftar Pustaka
Antonio, Muhammad, Aam Rusydiana, Dwi Purwoko, Husnul
Khatimah, and Amelia Puspita. “Islamic Library: History, Classification, and
Waqf Role.” Library Philosophy and Practice 2021 (October 1, 2021).
Saepuddin, Didin. “Perpustakaan Dalam Sejarah Islam: Riwayat
Tradisi Pemeliharaan Khazanah Intelektual Islam.” Buletin Al-Turas 22,
no. 1 (January 30, 2016): 25–44.
Santoso, Budhi. “PERAN AL WARAQ DALAM INDUSRI PENERBITAN BUKU
ISLAM DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERKEMBANGAN KEILMUAN ISLAM.” Tamaddun: Jurnal
Kebudayaan dan Sastra Islam 19, no. 1 (June 28, 2019): 63–69. Accessed June
11, 2023. http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/tamaddun/article/view/3400.
[1] Muhammad Antonio et al., “Islamic Library: History,
Classification, and Waqf Role,” Library
Philosophy and Practice 2021 (October 1, 2021).
[2] Budhi Santoso, “PERAN AL WARAQ DALAM INDUSRI
PENERBITAN BUKU ISLAM DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERKEMBANGAN KEILMUAN ISLAM,” Tamaddun: Jurnal Kebudayaan dan Sastra Islam
19, no. 1 (June 28, 2019): 63–69, accessed June 11, 2023, http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/tamaddun/article/view/3400.
[3] Didin Saepuddin, “Perpustakaan Dalam Sejarah Islam:
Riwayat Tradisi Pemeliharaan Khazanah Intelektual Islam,” Buletin Al-Turas 22, no. 1 (January 30, 2016): 25–44.
[4] Antonio et al., “Islamic Library: History,
Classification, and Waqf Role.”
1 komentar