Model Pencarian Informasi dengan mengunakan Metode Ellis di Perpustakaan
Model
Pencarian Informasi dengan mengunakan Metode Ellis di Perpustakaan
Oleh : Istiqomah
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perpustakaan adalah gudangnya informasi sehingga
menjadi acuan bagi masyarakat dalam mendapatkan informasi. Dalam proses
pencarian informasi, biasanya menggunakan beberapa pancaindra untuk menunjang
pencarian informasi tersebut. Aktivitas pencarian informasi dan penemuan
informasi seseorang tentang resiko dan imbalan yang nanti akan dihadapinya jika
pemustaka benar-benar melakukan pencarian informasi. Seseorang harus
menimbang-menimbang apakah perilakunya perlu disesuaikan atau diselaraskan
dengan kondisi yang dihadapinya.
Menurut Lasa HS, kebutuhan informasi adalah kebutuhan
yang didasarkan pada dorongan untuk memenuhi lingkungan menemukan
keinginan/curiousity dan penjelasan/exploratory, berawal dari pertanyaan kemudian
dicari jawabannya kebutuhan seseorang tidak lepas dari kebutuhan informasi.
Semakin meningkat kehidupan seseorang, semakin meningkat pula kebutuhan akan
informasi.
Kebutuhan informasi berkaitan dengan pengguna.
Pengguna adalah sarana atau tujuan perpustakaan dalam setiap kegiatannya,
pemakai merupakan masyarakat tanpa batas usia, jenis kelamin, ras, agama damn
sebagainya. Kebutuhan informasi muncul akibat adanya kesenjangan pengetahuan
yang ada dalam diri seseorang dengan kebutuhan informasi yang diperlukan kesenjangan seseoerang dalam
memahami sesuatu juga dujabarkan oleh Wersig bahwa kebutuhan informasi didorong
oleeh keadaan yan disebut situasi problematic (problematic situation). Situasi
dimana seseoran merasakan kekurangan informasi sedangkan pengeetahuan yan
dimilikinya terbatas. Berdasarkan penjelasan tersebut menunjukkan suatu kondisi
kesenjangan antara pengetahuan yang dimiliki seseorang dengan informasi yang
dibutuhkan tidak memadai saat itu. Untuk mengatasi kondisi kesenjangan
tersebut, seseorang akan berusaha mencari informasi, agar pengetahuan yang
dibutuhkan segera terpenuhi untuk membuat suatu keputusan.
Kegiatan pencarian informasi seseorang didorong oleh
keadaan dimana seseorang tersebut memiliki pengetahuan yang kurang sehingga
berkeinginan untuk menambah referensi informasi mengenai sesuatu yang sedang
dibutuhkan. Menurut Wilson, istilah tentang infotmation
searching behavior merupakan
perilaku mencari seseorang ketika berinteraksi dengan sistem, baik di tingkat
interaksi dengan komputer, maupun di tingkat.
Dalam penelitian ini peneliti mengunakan Meetode Ellis
dengan tahapan-tahapan yaitu 1. Startin (memulai) 2. Chaining (menggabunkan) 3.
Browsing (mencari) 4. Differentiating (membedakan) 5. Monitoring (memantau)
merupakan kegiatan yang ditandai dengan kegiatan memantau perkembangan yang
terjadi terutama dalam bidang yang diminati dengan cara mengikuti sumber secara
teratur, 6. Extracting (mensarikan), 7. Ending (menyelesaikan).
B. Rumusan Masalah
“Bagaimana
perilaku pemustaka dalam pencarian informasi”?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.
Tujuan
Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perilaku pencarian informasi dengan menggunakan Meetode
Ellis.
2.
Manfaat
1.
Teoritis
·
Dengan hasil penelitian ini diharapkan
dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi pengguna yang
membaca ataupun bagi peneliti itu sendiri.
·
menjadi acuan literatur bagi yang akan
melakukan penelitian selanjutnya.
2.
Praktis
·
Untuk mengetahui bagaimana perilaku
pencarian informasi
·
Sebagai bahan referensi bai ilmu
perpustakaan khususnya dalam pencarian informasi.
PEMBAHASAN
A.
Tahapan
Pencarian Informasi Menurut Ellis
Ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) membutuhkan informasi, tetapi bisa juga
menghasilkan informasi. Sebagai konsekuensi dari adanya perkembangan dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat, maka informasi pun menjadi berkembang dengan
sangat cepat. Dengan berkembangnya informasi seperti ini mengharuskan pihak
pengelola sumber informasi untuk bekerja lebih giat lagi supaya tidak terlalu
ketinggalan zaman dalam mengikutinya. (Yusup dan Subekti, 2010: 6).
Dengan
menggunakan metode penyebaran informasi, diharapkan masyarakat dapat mengakses
secara terbuka sehingga pengetahuan masyarakat akan terus meningkat sejalan
dengan penghidupannya. Terlihat pula bahwa kebutuhan akan informasi tidak
langsung berubah menjadi perilaku informasi, melainkan harus dipicu terlebih
dahulu oleh pemahanan seseorang tentang tekanan dan persoalan dalam hidupnya.
Wilson menggunakan istilah “teori” untuk hal ini, walaupun yang dimaksud adalah
pengetahuan pribadi seseorang tentang dunianya). Kemudian, setelah kebutuhan
informasi berubah menjadi aktivitas mencari informasi.[1]
Menurut
Wilson perilaku informasi menggambarkan dalam dua model. Model yang pertama di
buat pada tahun 1981 dan yang kedua pada tahun 1996. Model yang pertama di
identifikasi dalam 12 komponen yang di mulai dari pengguna informasi. Berikut
ini adalah model pertama perilaku pencarian informasi menurut Wilson dalam
Donald O. Case (1981: 117).[2]
Wilson
juga berpendapat bahwa istilah tentang information
searching behavior merupakan
perilaku peencari mencari seseorang ketika berinteraksi dengan sistem
informasi. Perilaku ini terdiri dari berbagai bentuk interaksi dengan sistem,
baik di tingkat interaksi dengan komputer, maupun di tingkat intelektual dan
mental misalnya pengunaan strategi Boolean atau bentuk information retrieval system/sistem temu kembali informasi serta
keputusan memilih buku yang relevan di antara beberapa sederetan buku di rak
perpustakaan.
Berikut
ini delapan tahapan pencarian informasi (Ellis, Cox dan Hall, 1993:359-365):
Starting
Starting
merupakan titik awal pencarian informasi atau pengenalan awal terhadap rujukan.
Seringkali informasi ditemukan pada saat starting merupakan topik penelitian
yang dapat dikembangkan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
Chaining
Chaining
diidentifikasikan sebagai hal yang penting pada pola pencarian informasi.
Kegiatan inin ditandai dengan mengikuti mata rantai atau mengaitkan daftar
literature yang pada rujukan inti. Chaining
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
a.
Backward
chaining
Yakni
mengikuti daftar pustaka yang ada pada rujukan inti, sehingga rujukan
selanjutnya meruoakan rujukan-rujukan yang pernah disitir pada rujukan inti.
b.
Forward
chaining
Mencari
rujukan lain berdasarkan subjek atau nama pengarang dari rujukan inti yang
telah ada denan mengaitkan ke depan.
Browsing
Browsing
merupakan tahap kegiatan yang ditandai dengan kegiatan pencarian informasi
dengan cara penelusuran semi terstruktur karena telah mengarah pada bidang yang
diamati.
Differentiating
Merupakan
kegiatan membedakan sumber informasi untuk menyaring informasi berdasarkan
sifat kualitas rujukan.
Identifikasi
sumber-sumber informasi terutama ditekankan pada subjek-subjek yang dipilih dan
selanjutnya akan mengambil bahan-bahan dan topik yang diminati.
Monitoring
Merupakan
kegiatan yang ditandai dengan kegiatan memantau perkembangan yang terjadi
terutama dalam bidang yang diminati dengan cara mengikuti sumber secara
teratur. Monitoring dapat dilakukan dengan cara yaitu:
a) Melalui
hubungan formal (informal contact)
Digunakan
sebagai pra seleksi sumber dan bahan yang akan digunakan. Cara ini merupakan
ajang untuk bertukar informasi, baik dengan sejawat maupun pakar bidang
tertentu.
b) Membca
jurnal (monithoring journal)
Biasanya
monithoring dilakukan terhadap sumber inti dalam jumlah kecil tetapi telah
terseleksi dan diikuti secara seksama. Misalnya beberapa judul majalah yang
dipilih sesuai dengan bidang yang diminati, diikuti perkembangannya setiap
terbit, minimal dari judul-judulnya saja seperti pada current content.
c) Monitoring
katalog (monithoring material published
in book form)
Kegiatan
ini dapat dilakukan dengan melihat daftar terbitan secara berkala, preview atau
bibilografi berkelanjutan dan melakukan akses secara berkala ke perpustakaan.
Extracting
Kegiatan
dilakukan pada tahap ini terutama diperlukan pada saat harus membuat tinjauan
literatur. Sumber informasi yang digunakan pada extracting ini adalah jurnal terutama jurnal-jurnal yang sudah
standar, catalog penerbit, bibliorafi subjek, abstrak dan indeks.
Verifying
Kegiatan
pengecekkan atau penilaian apakah informasi yang didapat telah sesuai atau
tepat dengan yang diinginkan. Sebagai perbandingan peneliti bidang ilmu sosial
tidak melakukan tahapan ini, berbeda dengan penelitian bidang fisika dan kimia
yang melalui tahapan ini dengan melakukan pengujian untuk memastikan seandainya
ada kesalahan-kesalahan pada informasi yang diperoleh.
Ending
Tahap
ending juga merupakan kategori
perilaku yang tidak dijumpai pada kajian Ellis (1987). Merupakan tahap akhir
dari pola pencarian informasi biasnya dilakukan bersamaan dengan berakhirnya suatu kegiatan penelitian.[3]
B.
Hambatan-hambatan
dalam pencarian informasi
Perilaku informasi
merupakan suatu tindakan yang dilakukan seseorang ketika ingin mendapatkan
informasi. Dalam melakukan pencarian informasi seseorang dipastikan akan
mengalami suatu hambatan baik internal maupun eksternal. Pendapat Wilson
menyatakan bahwa hambatan dalam pencarian informasi untuk memenuhi kebutuhan
informasinya, hambatan tersebut meliputi:
I.
Hambatan dari dalam individu (personal)
II.
Hambatan berasal dari hubungan antar
individu (inter-personal)
III.
Hambatan dari lingkungan (environmental).
Menurut Wersig
dalam Pendit menyatakan bahwa segala tindakan manusia didasarkan pada suatu
keadaan yang dipengaruhi oleh lingkungan, pengetahuan situasi dan tujuan yang
ada oada diri manusia. Kaniki dalam Kurnadi menyatakan bahwa perilaku pencarian
informasi ternyata sangat dipengaruhi oleh lingkungan, seperti situasi dalam
pengambilan keputusan, bagaimana cara menjawab pertanyaa, faktor yang terdapat
dilapangan, serta faktor mengerti tidaknya terhadap apa yang dicari. Sedangkan
menurut Belkin bahwa perilaku pencarian informasi dapat dipengaruhi oleh
bermacam-macam sebab, antara lain latar belakang sosial budaya, pendidikan,
tujuan pada diri seseorang dan lingkungan sosial.[4]
C.
Faktor-faktor
pendukung dalam Pencarian Informasi
a. Faktor
pendukung diri sendiri
Jika
kita memilih faktor penunjang atau pendukung yang telah dikemukakan oleh para
pemustaka, kita dapat melihat, faktor penunjang itu kurang lebih merupakan
kebalikan dari faktor penghambat yang telah dibahas. Semangat, ras, ingin tahu,
dan mempunyai kendaraan sendiri merupakan faktor pendukung yang dirasakan oleh
pemustaka. Faktor dari dengan teman kerabat, dosen, dan dari pustakawan sendiri
yang selalu membantu pemustakan dalam pencarian informasi yang dibutuhkan.
b. Faktor
pendukung dari orang lain
Yang
menjadi faktor pendukung dalam proses pencarian informasi yang didapat oleh
para pemustaka dari orang lain adalah melalui teman kerabat, dosen, dan
pustakawan, merupakan faktor pendukung melalui sharing atau bertukar fikiran
dengan teman kerabat, dosen dan dari pustakawan sendiri yang selalu membantu
pemustaka dalam pencarian informasi yang dibutuhkan.
c. Faktor
pendukung dari lingkungan[5]
D.
Perpustakaan
Berdasarkan undang-undang
Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan, pemustaka adalah
pengguna perpustakaan, yaitu perseorangan, kelompok orang, masyarakat, atau lembaga yang memanfaatkan
fasilitas layanan perpustakaan. (Perpustakaan Nasional RI, 2008: 3)
Berikut ini merupakan
pengertian perpustakaan menurut para ahli perpustakaan dan sumber lain,
diantaranya:
1. Menurut
IFLA (International of Library Associationsand Institutions) “Perpustakaan
merupakan kumpulan bahan tercetak dan non tercetak atau sumber informasi dalam
komputer yang tersusun secara sistematis untuk kepentingan pemakai.”
2. Menurut
Sutarno NS, Msi
“Perpustakaan adalah suatu ruangan, bagian
dari gedung/bangunan, atau gedung itu sendiri, yang berisi buku-buku koleksi,
yang disusun dan diatur sedemikian rupa sehingga mudah dicari dan dipergunakan
apabila sewaktu-waktu diperlukan untuk pembaca.”
3. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Perpustakaan berasal dari kata dasar
“pustaka” yang berarti pustaka atau buku.
“Perpustakaan” artinya kumpulan buku
(bacaan dsb); bibliotek
4. Dalam
UU No. 43 tahun 2007 tentang perpustakaan disebutkan bahwa :
Perpustakaan adalah institusi pengelola
koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional
dengan sistem baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian,
informasi, dan rekreasi para pemustaka.
Secara garis besar, ada
kesamaan dalam lima pengertian perpustakaan tersebut, yaitu kumpulan buku yang
diatur secara sistematis. Oleh sebab itu, mengatur buku-buku denan baik dan
sistematis merupakan hal yang paling dasar dalam penataan ruang utama
perpustakaan.[6]
Perpustakaan umum adalah
perpustakaan yang diperuntukkan bagi masyarakat luas sebagai sarana
pembelajaran sepanjang hayat tanpa membedakan umur, jenis kelamin, suku, ras,
agama, dan status sosial-ekonomi.[7]
PENUTUP
KESIMPULAN
Model
perilaku pencarian informasi adalah pola dan tingkah laku manusia dalam
memikirkan, mencari dan memanfaatkan informasi dari beragam saluran sumber
informasi dari beragam saluran sumber dan media.
Penyebab
utama perilaku informasi diantaranya : model Wilson adalah kebutuhan dan
kondisi seseorang untuk model krikelas penyebabnya adalah kebutuhan informasi
seseorang berdasarkan keadaan.
Model
Ellis penyebab utamanya adalah informasi yang relevan. Model Ellis adalah model
yang paling sesuai untuk diterapkan di Perpustakaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Fathurrahman Muslih, “Model-Model
Perilaku Pencarian Informasi”, artikel
diakses pada 12 Mei 2017 dari https://media.neliti.com/media/publications/162775-ID-model-model-perilaku-pencarian-informasi.pdf.
Ibid, hal 82
Ibid, hal 5-7
Sumarsi Sri, Kebutuhan dan
Perilaku Pencarian Informasi Staf Pengajar Politeknik Negeri Semarang Dalam
Melaksanakan Kegiatan Penelitian. Jurnal ORBITH Vol. 13 no. 1 Maret 2017 :
1-8. Hal 5
Juani Ahmad dkk. Perilaku
Pencarian Informasi oleh Pemustaka Di Layanan Sirkulasi Perpustakaan Cistral
UNPAD. ejurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol. 1 No. 1 2012. Hal 10
http://e-journal.uajy.ac.id/643/3/2TA12721.pdf diakses pada 13 Mei 2018
Basuki Sulistyo. Pengantar Ilmu
Perpustakaan. (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1991), hal 15
[1]
Fathurrahman Muslih, “Model-Model Perilaku Pencarian Informasi”, artikel diakses pada 12 Mei 2017 dari https://media.neliti.com/media/publications/162775-ID-model-model-perilaku-pencarian-informasi.pdf.
[2]
Ibid, hal 82
[3]
Ibid, hal 5-7
[4]
Sumarsi Sri, Kebutuhan dan Perilaku Pencarian Informasi Staf Pengajar
Politeknik Negeri Semarang Dalam Melaksanakan Kegiatan Penelitian. Jurnal
ORBITH Vol. 13 no. 1 Maret 2017 : 1-8. Hal 5
[5]
Juani Ahmad dkk. Perilaku Pencarian Informasi oleh Pemustaka Di Layanan
Sirkulasi Perpustakaan Cistral UNPAD. ejurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran
Vol. 1 No. 1 2012. Hal 10
[7]
Basuki Sulistyo. Pengantar Ilmu Perpustakaan. (Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama, 1991), hal 15
Gabung dalam percakapan